wanita pemercik api

“Janganlah menjadi wanita pemercik api”, kata seorang sahabat via YM beberapa waktu yang lalu setelah sebelumnya saya sempat menceritakan suatu peristiwa yang tidak mengenakkan. Suatu peristiwa yang saya yakin semua wanita tidak menginginkan itu terjadi pada dirinya.

“Ibarat mesin yang membutuhkan bensin dan pemercik api untuk bisa jalan. Perzinahan sebagai mesinnya, syahwat sebagai bensinnya dan wanita lah yang berperan sebagai pemercik api,” lanjutnya. Yah, mungkin betul juga yang dikatakan beliau. Mesin tidak akan jalan bila tak ada bensin dan pemercik api. Dengan kata lain, perzinahan tidak akan terjadi bila memang tidak ada percikan-percikan yang dapat menyulut syahwat hingga berkobar-kobar.

Mungkin hanya berawal dari seringnya bertegur sapa, bercakap-cakap berhadapan, hingga meningkatnya intensitas pertemuan yang terlalu akrab antara seorang wanita dengan lelaki ajnabi (dalam hal ini tidak ada kepentingan yg begitu urgent) secara tidak sadar telah membuka jalan kepada hal-hal yang tidak diinginkan. Apalagi lengkap sudah dengan ‘percikan-percikan’ yang ditimbulkan oleh si wanita yang tak pelak dapat menyulut gelora syahwat dari sang lelaki.

Begitulah kiranya yang terjadi di sekitar tempat tinggal penulis beberapa waktu lalu. Sungguh ‘memalukan’ dan sangat bertentangan dengan segala norma, lebih-lebih norma agama. Dalam hal ini, pergaulan ternyata tetap memegang peranan penting. Pergaulan dapat mendidik kita menjadi orang baik, atau sebaliknya..terjerumus dan terperosok dalam lembah kenistaan. Pergaulan yang terlalu bebas dan vulgar, tanpa kontrol dan filter tentu dapat menjadikan dunia ‘kiamat’ khususnya bagi para wanita. Dan apabila itu terjadi, pastilah hanya penyesalan mendalam yang membekas. Na’udzubillah.

Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda : “Sesungguhnya wanita itu adalah aurat, maka apabila keluar (dari rumah), syaithan akan menghiasinya.” (Dikeluarkan oleh Al Bazzar dan At Tirmidzi)
Syaithan akan menghiasinya dan menjadikan dia indah dalam pandangan mata para lelaki. Apalagi dengan keluarnya wanita tersebut disertai dengan semerbak harumnya minyak wangi kembang tujuh rupa dan penampilan yang memanjakan mata lawan jenis sehingga bukan tidak mungkin dapat menimbulkan desiran syahwat yang bukan pada tempatnya. Pada situasi seperti inilah tepatnya wanita disebut sebagai ‘pemercik api’. Yang dengan sengaja atau tanpa sengaja menghiasi dirinya dengan hal-hal yang membuat indah dan mempesona sehingga dapat menarik perhatian dari lawan jenis.

‘Semua perasaan condong padanya, perbuatan harampun terjadi karenanya. Mengundang terjadinya pembunuhan, permusuhanpun disebabkan karenanya. Sekurang-kurangnya ia sebagai insan yang disukai di dunia. Kerusakan mana yang lebih besar daripada ini?’ Begitulah Al Imam Al Mubarokfuri –rahimahullah- menjelaskan tentang bentuk bahaya fitnah wanita dalam Al Tuhfah Al Ahwadzi 8/53.

Allah berfirman: ”Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu wanita-wanita…” (Q.S. Ali Imran: 14).
Rasulullah memberikan peringatan dari fitnahnya sebagaimana yang diriwayatkan dalam Sahih Muslim dari sahabat Abu Said Al Khudri, beliau bersabda: “Hati-hatilah terhadap dunia dan hati-hatilah terhadap wanita, karena sesungguhnya fitnah yang pertama kali menimpa Bani Israil adalah wanita”.

Para wanita sebagai penyebab timbulnya fitnah bagi laki-laki seperti pernyataan Rasulullah diatas. Oleh karena itu hendaklah para wanita bertaqwa kepada Allah dengan menjaga dirinya dan menjaga kaum lelaki dari fitnah yang ditimbulkan karenanya.

Diantara yang dapat menimbulkan fitnah dari laki-laki terhadap wanita adalah bersolek berlebihan dan memakai wangi-wangian. Rasulullah bersabda: “Wanita mana saja yang memakai wangi-wangian kemudian lewat di suatu kaum supaya mereka mendapatkan bau harumnya, maka ia telah berzina.” (HR Ahmad dari Sahabat Abu Musa Al Asy’ari). Bahkan dalam riwayat Muslim dari Sahabat Abu Hurairah Rasulullah bersabda: “Wanita mana saja yang memakai bukhur (sejenis wangi-wangian) tidak diperkenankan untuk sholat Isya di malam hari bersama kami.”

Tidak diragukan lagi bahwa sholat berjamaah memiliki keutamaan 27 derajat atas sholat sendirian. Walau demikian Rasulullah melarang para wanita untuk sholat Isya jika memakai wangi-wangian, menjaga supaya tidak terjadi fitnah.

Segala sesuatu yang menyebabkan terjadinya fitnah hendaknya segera dihindari. Salah satu jalan lain yang dapat membuka peluang syaithan adalah menyendiri/berdua-duaan dengan lawan jenis (berkhalwat). Para wanita dilarang untuk berdua-duaan dengan lelaki yang bukan mahramnya, demikian pula sebaliknya. Rasulullah bersabda : “Tidak boleh seorang laki-laki berkhalwat (menyendiri, berduaan) dengan seorang wanita kecuali dengan mahramnya.” (HR Muttafaq alaihi dari Sahabat Ibnu Abbas).
Dalam sabda yang lain : “Tidaklah seorang laki-laki berkholwat dengan seorang perempuan, melainkan ada pihak ketiga yang menyertai mereka, yaitu syaitan” (H.R. At Tirmidziy dan dishahihkan oleh Syaikh al Albani).

Maka wajib atas kaum wanita menjaga kehormatannya, dan janganlah membalas nikmat Allah dengan kekufuran. Kita sebagai umat Muhammad yang hidup pada jaman modern dan globalisasi seperti sekarang ini, seolah-olah sangat sulit untuk tidak ikut terjerumus dalam pola kehidupan yang cenderung menjauh dari norma-norma agama dan ketetapan Allah. Terlihat dari segala tingkah polah orang-orang menggandrungi sesuatu yang dianggap trend masa kini. Dan tidak jarang yang disebut trend itu adalah melenceng jauh dari syari’at islam. Sebagai contoh para wanita telah rela melepas identitas dirinya sebagai seorang muslimah dengan menanggalkan jilbab dan beralih ke model pakaian yang setengah jadi. Mini, ketat, dan tipis. Yang sama sekali bukan pakaian layak pakai teruntuk seorang wanita muslimah yang menjaga iffah (kehormatan, harga diri).

Maka dari itu, tidak sepantasnya wanita melepas tabir iffah-nya kemudian memperlihatkan pesona dan aurat hanya untuk dapat menarik perhatian para lelaki ajnabi, yang akhirnya dapat menyeret mereka ke dalam hal-hal yang dimurkai Allah. Jagalah dirimu, janganlah menjadi ‘wanita pemercik api’ apabila memang tidak mau terbakar dalam lembah kekufuran dan terperosok jauh dari rahmat serta hidayah Allah